Tuesday, May 22, 2018
Kerja
Buah jatuh tak jauh dari pohonnya. Ungkapan popular ini nampaknya benar-benar terjadi di hidup saya. Saya adalah buah dari pohon bernama pendidik atau katakanlah guru. Bila dirunut dari silsilah kakek saya—baik dari pihak bapak dan mamah—darah pendidik begitu kental mengalir. Bapaknya mamah, atau kami para cucunya memanggil dengan sebutan Apa adalah seorang yang berfokus di bidang pendidikan. Walau bukan pendidikan formal seperti di persekolahan, beliau (alhamrhum) mengabdikan dirinya untuk mengembangkan kualitas sumber daya manusia di bidang keagamaan. Saya kira hal ini tetap sangat berkaitan erat dengan proses pendidikan. Sementara itu, bapaknya bapak, kami—cucu-cucunya– menyebutnya dengan sapaan Bapak Aki pun seorang guru. Beliau dulunya adalah guru SD. Saya beberapa kali mendengar bapak-bapak yang sudah berumur menyebut kebaikan-kebaikan bapak Aki yang tak lain gurunya ketika SD. Mungkin sekali banyak kebaikan yang dilakukan oleh beliau ketika masih berprofesi sebagai guru.
Tidak hanya para kakek saya yang merupakan pendidik, bapak dan mamah saya pun guru. Teteh saya pun alumnus Universitas Siliwangi Tasikmalaya jurusan Pendidikan Biologi. Kalau dia konsisten berkiprah sesuai jurusannya maka profesi guru adalah yang paling mungkin baginya. Lalu, saya pun sekarang kuliah di jurusan pendidikan, yaitu Ilmu Pendidikan Agama Islam. Sekilas, pekerjaan yang mungkin ditekuni kelak adalah menjadi seorang guru agama. Tak hanya itu, uwa-uwa saya baik dari pihak bapak dan mamah keduanya adalah seorang guru. Uwa dari pihak mamah adalah pensiunan guru di MAN Cipasung Tasikmalaya. Sementara uwa dari pihak bapak adalah seorang guru SD. Sangat kentara betapa garis keturunan seorang pendidik ada di diri saya.
Rencana Allah
Setelah lulus SMA sebenarnya saya sangat ingin menjadi bagian dari kampus di Depok sana, Universitas Indonesia. Keinginan kuat ini diawali dengan sebuah kekaguman pada kampus ini semenjak ada sosialisasi dari mahasiswa UI lulusan almamater SMA saya, SMAN I Tasikmalaya. Pada awalnya di kelas X dan XI saya ingin sekali kuliah di Universitas Gadjah Mada. Nama besarnya demikian terngiang-ngiang di kepala saya. Namun, keinginan tersebut mulai berubah ketika mengingjak kelas XII. Seperti yang saya sebutkan sebelumnya bahwa sosialisasi yang berhasil mencuri perhatian saya dari anak-anak UI pada waktu itu membuat saya tergila-gila pada kampus ini. Entahlah tersebab apa. Kecintaan kadang tak perlu memerlukan penjelasan logis bukan. Ia berhasil membutakan kemungkinan-kemungkinan alasan yang ada. Yang jelas, saya demikian takjub dan selalu bahagia ketika mendengar apapun tentang Universitas Indonesia. Hal ini kemudian masih saya rasakan hingga saat ini.
Perihal jurusan, saya ingin sekali menjadi mahasiswa Ilmu Komputer. Kebetulan di UI sendiri jurusan ini ada bahkan menjadi satu dari dua jurusan di bawah Fakultas Ilmu Komputer selain jurusan Sistem Informasi. Alasan betapa saya ingin masuk ke jurusan ini karena saya terinspirasi dari guru TIK semasa MTs. Saya kagum dengan beliau. Akhirnya, saya berpikir untuk menekuni bidang yang sama dengan guru saya itu meski dengan profesi yang agak berbeda. Saya ingin menjadi dosen pada waktu itu dan cita-cita ini bertahan hingga sekarang.
Singkat cerita, keinginan saya yang menggebu-gebu menjadi bagian dari UI kandas sudah. Hasil SNMPTN undangan saya di Ilmu Komputer UI tidak diterima. Setelah itu, saya masih penasaran, lalu memutuskan memilih mengikuti SNMPTN tulis dengan jurusan dan universitas yang sama dengan pilihan ketika seleksi sebelumnya. Gagal lagi ternyata. Saya tidak cukup berikhtiar untuk mewujudkan mimpi ini. Ketika itu, saya kira dengan kemampuan biasa-biasa saja mampu menembus keketatan seleksi masuk UI, ternyata saya keliru. Sangat sulit untuk masuk ke sana. Terlebih bagi seseorang yang lemah kemampuan exact-nya (karena saya memilih jurusan ilmu komputer). Setelah dua penolakan tersebut saya cukup stres dan tidak menerima kenyataan itu. Sedih harus menerima kenyataan pahit itu.
Ternyata hidup harus berlanjut, kegagalan ada untuk membuat kita belajar akan kekurangan dalam berikhtiar. Cerita ini agak lumayan panjang kalau diceritakan secara rinci. Anggap saja teman-teman sudah tahu cerita ini. Atau kalau penasaran silakan chat personal saja. Setelah beberapa kegagalan, akhirnya saya diterima di UNSOED jurusan D3 Perencanaan Sumber Daya lahan (Ilmu Tanah). Sebuah jurusan yang sangat asing bagi saya pribadi. Akhirnya, setelah beberapa pertimbangan pilihan ini saya tempuhi saja. Akan tetapi, Alhamdulillah nya orang tua saya mendukung keputusan yang coba saya tawarkan ke mereka. Saya kuliah di sana tapi setahun kemudian akan ikut tes SNMPTN tulis lagi. Lalu, setahun terlalui dengan penuh peristiwa. Saya pun tes kembali. Lalu, apa hasilnya? Betul sekali, saya kembali harus menelan pil pahit bahwa kampus impian saya hanya menerima orang-orang dengan kemampuan di atas rata-rata. Orang-orang dengan kualitas biasa-biasa saja sangat sulit untuk tembus ke sana. Meskipun untuk beberapa jurusan tertentu dengan predikat jurusan kurang favorit mungkin-mungkin saja untuk bisa diterima. Tapi, saya juga tidak mau asal pilih jurusan.
Pokoknya saya ingin pindah dari jurusan sebelumnya. Prosfek kerja ketika kelak lulus kemungkinan berkarir di bidang-bidang pertanahan, lahan, dan hal-hal yang berkaitan erat dengan itu. Seperti di bidang pertanian misalnya. Jujur, saya sangat tidak tertarik dengan aneka peluang yang mungkin tercipta ketika saya memutuskan bertahan di jurusan ini.
Sebuah jalan kembali Allah bukakan lewat Seleksi Mandiri UPI. Ketika itu saya memilih jurusan Ilmu Komputer dan keduanya Ilmu Pendidikan Agama Islam. Di luar ekspektasi saya, akhirnya saya diterima. Mungkin ini kode dari Allah bahwa memang potensi yang saya miliki di bidang keagamaan harus dikembangkan melalui jurusan ini. Akhirnya, saya pun pindah status kemahasiswaan menjadi mahasiswa UPI. Alhamdulillah, di jurusan ini saya mendapat banyak pencerahan dan pemahaman hidup. Bahwa yang dinilai baik oleh kita tak selalu harus diraih secara keseluruhan. Mungkin saja dengan begitu, banyak hal yang bisa direnungkan secara mendalam. Lalu teraihlah bibit ketakjuban kita akan ke-Maha Besaran Sanga Pencipta, Allah Swt.
Ini jalan yang harus saya lalui untuk concern di bidang pendidikan. Melalui berbagai seleksi saya ditunjukan bahwa yang paling terbaik bagi saya adalah jurusan sekarang ini. Dan mungkin juga pilihan profesi terbaik adalah mengabdi kepada bangsa melalui bidang pendidikan dan keagamaan.
Hal yang menunjang mimpi
Tidak terasa sebentar lagi masa studi saya akan segera berakhir. Masa mahasiswa dalam hitungan hari akan saya tanggalkan. Dengan begitu, bukan berarti tanggung jawab menjadi berkurang. Sebaliknya, ini adalah babak baru dalam kehidupan saya untuk lebih bisa bersikap dewasa dan mandiri melalui berbagai bekal ilmu yang diperoleh dari bangku kuliah. Masyarakat menjadi objek real yang harus saya hadapi selepas masa pascakampus kelak.
Berbicara mengenai profesi pendidik, meskipun terkesan masih setengah hati dengan profesi ini ternyata saya bersinggungan erat dengan aktivitasnya. Beberapa kali saya didekatkan Allah dengan pilihan karir yang sangat mulia ini. Pertama, di semester 4 saya pernah menjadi volunteer pengajar di MDA Al-Huda Cilimus. Ini hanya bertahan beberapa bulan saja karena alasan kesibukan—yang sebenarnya saya buat-buat sendiri. Ketika itu, feel saya mengajar memang belum termaknai secara utuh. Lalu, di awal tahun ini saya pun ditunjukkan oleh Allah dengan sebuah program beasiswa dari BPZIS Bank Mandiri. Di mana saya dipercaya untuk menjadi salah satu mentor di program tersebut. Kegiatannya tiap hari minggu berisi pematerian mengenai tema-tema akidah, akhlak, fiqih dan lain-lain. Kemudian, 3 bulan belakangan ini saya pun kembali terjun dalam salah satu bidang pendidikan, yaitu pendidikan non formal yang berfokus di pengembangan potensi anak-anak. Kegiatan ini kami namakan Planet Antariksa. Saya termasuk pendiri pertama kali bersama 3 orang teman lainnya. Untuk komunitas ini silakan bisa dikepoi di IG-nya @planetantariksa.
Saya kira beberapa aktivitas yang saya jalani selain dari perkuliahan di kelas ini membuat saya makin yakin bahwa bidang pendidikan merupakan pilihan yang tidak keliru untuk digeluti. Menjadi seorang pendidik selain sebagai tumpuan penghasilan di masa depan juga merupakan upaya pengabdian yang nyata bagi negeri ini. Bagaimana tidak, pendidik atau guru atau dosen merupakan sosok yang berkontribusi besar bagi kaderisasi para pemimpin bangsa ini. Dengan demikian, semoga saja beberapa aktivitas yang selama ini telah dan masih dilakukan menjadi bekal berharga untuk menjadi seorang pendidik yang benar-benar ingin membuat siswanya lebih maju dari dirinya dan menjadi pilar kemajuan bangsa di kemudian hari.
Terakhir, mari memaksimalkan kesyukuran kita kepada Allah atas berbagai kenikmatan, kesempatan dan keadaan yang kita terima sekarang. Semoga kita tidak termasuk orang-oran yang kufur, yang selalu mengutuk berbagai keadaan yang menimpa kita.
Wallahu a’lam
Pesantren, Tausiyah, hikmah, romadlon, hijrah,
fatwah,
fitri,
hijrah,
hikmah,
mutiara,
pesantren,
Tausyiyah
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
CERPAN
cerita panjang, antara jepara, habib luthfi, Yai Dullah, Syaikh nawawi dll. monggo disimak *Dari Rumah Dibawa ke NU, Jangan dari NU Dibawa ...
-
Poin Dari sebuah pencarian adalah menemukan. Tapi tidak dinyana, dalam prosesnya kita tak lepas dari dijumpakan pada berbagai peristiwa yang...
-
Ada yang dilantunkan bersahut-sahutan—Alquran. Disuarakan di berbagai tempat dan saat. Pengeras suara di masjid-mesjid menambah semarakn...
-
Jarum jam menunjukan pukul 22.15 WIB saat saya memutuskan untuk memulai tulisan kali ini. Penyakit lama tak kunjung sembuh. Menanti-nanti se...
-
Bagaimana mungkin tentang dosa kita tidak mengetahuinya? Sedari Sekolah Dasar istilah ini telah dikenalkan melalui Pelajaran Agama. Dosa dig...
-
Bertemankan lagu-lagu galau saya menulis ini. Lirik-lirik liris dari Kahitna, disusul irama yang syahdu dari belasan OST nya Descendants of ...
-
Ilmu merupakan hal yang harus dimiliki setiap orang jika ia ingin hidupnya selamat. Tanpa ilmu permasalahan yang sebenarnya biasa saja bisa ...
-
Tadi pagi mesjid UPI, Al-Furqon mengadakan sebuah acara pelatihan dakwah bekerja sama dengan UKM Al-Qolam dan Kalam. Setahu saya acara seper...
-
Di jurnal sebelumnya saya menceritakan bahwa di hari ke-5 Ramadhan saya mengikuti acara di mana pak Aam sebagai pematerinya. Informasinya sa...
-
Ketika impian tidak kunjung berjodoh dengan kita, apa yang kita bisa lakukan? Tak perlu tergesa untuk memberikan jawaban. Cukup renungkan pe...
-
SHOLAT KAFFAROH PD JUM'AT TERAKHIR BULAN ROMADLON: ======== Shalat kaffaroh?? Bahwa Bersabda Rasulullah SAW : " Barangsiapa selama...
No comments:
Post a Comment